Kamis, 27 Agustus 2015

Pengantar Manajemen - Perkembangan Teori Manajemen



Text Box: PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN 



1.   Teori Manajemen Klasik

Agar pembahasan dan pemahaman tentang manajemen mengenai sasaran, perlu diketahui terlebih dahulu proses perkembangan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen yang akan memberikan landasan kuat buat pemahaman perkembangan selanjutnya. Teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen membuat manajer lebih mudah memutuskan apa yang harus dilakukan agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Sebagai manajer, akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen. Setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda.

Terdapat tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu ;
1)    Aliran klasik, yang dibagi menjadi dua aliran, manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik
2)    Aliran hubungan manusiawi, sering disebut aliran neo klasik
3)    Aliran manajemen modern.

Terdapat juga dua pendekatan manajemen yang berkembang saat ini, yaitu ;
1)    pendekatan system
2)    pendekatan kontingen (contingency approach)

2.   Perkembangan Awal Teori Manajemen.

Munculnya manajemen ilmiah ditandai dengan adanya dua tokoh manajemen sebagai berikut ;
1)      Robert Owen (1771-1858), seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia mengemukan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah pada karyawan (vital machines).
2)    Charles Babbage (1792-1871), seorang professor matematika dari Inggeris, mencurahkan banyak waktunya untuk membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktifitas dan menurunkan biaya.

3. Manajemen Ilmiah (Scientific Management)

Aliran manajemen ilmiah ditandai kontribusi dari para ahli manajemen, sebagai berikut :
1)    Frederick W. Taylor (1856-1915), yang disebut sebagai “Bapak manajemen  ilmiah”. Manajemen ilmiah berarti ;
(1)  merupakan penerapan metoda ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah organisasi.
(2)  seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik (a back of trick) untuk meningkatkan efisiensi kerja.

Taylor menulis buku berjudul “Scientific Management” yang menyatakan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi.
     

Empat prinsip dasar tersebut adalah :
(1)  Pengembangan metoda-metoda ilmiah dalam manajemen agar pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan
(2)  Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberi tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya
(3)  Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan
(4)  Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
                     
 Mekanisme dan teknik-teknik yang dikembangkan Taylor untuk           melaksanakan prinsip-prinsip dasar diatas, antara lain ; studi gerak dan            waktu, pengawasan fungsional (functional foremanship), system upah            perpotong,  diferensial, prinsip pengecualian, kartu instruksi, pembelian            dengan spesifikasi, dan standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga kerja. Manfaat yang didapat dari pengembangan teknik-teknik            manajemen ilmiah ini adalah : perkembangan teknik-teknik riset operasi, simulasi, otomatisasi dan sebagainya dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.

2)    Frank dan Lilian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1972), pasangan suami isteri, dimana Frank Gilberth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yaitu masalah efisiensi, terutama untuk menemukan “cara terbaik” pelaksanaan tugas. Sedangkan Lilian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan dan latihan personalia, yang dinyatakan dalam bukunya, “Psychology of Management”. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir, yaitu; membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai makhluk hidup.

3)    Henry L. Gant (1861-1919), yang mengemukakan gagasannya, ;
(1)  kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen,
(2)  seleksi ilmiah tenaga kerja,
(3)  system insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas,
(4)  penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terinci. Kontribusinya yang terbesar adalah penggunaan metoda grafik yang dikenal sebagai “Bagan Gantt” (Gantt Chart), untuk; perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Teknik-teknik schedulling modern dikembangkan atas dasar metoda scheduling produksi dari Gantt.

4)    Harrington Emerson (1853-1931), yang melihat pemborosan dan ketidak efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat  sebagai penyakit industri. Emerson mengemukakan dua belas prinsip-prinsip efisiensi, sebagai berikut  :
(1)  tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas;
(2)  kegiatan yang dilakukan masuk akal;
(3)  adanya staf yang cakap;
(4)  disiplin;
(5)  balas jasa yang adil;
(6)  laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan mantap,serta system informasi dan akuntansi;
(7)  pemberian perintah, perencanaan dan urutan kerja;
(8)  adanya standar-standar dan skedul-skedul, metoda dan waktu setiap kegiatan;
(9)  kondisi yang distandardisasi;
                      (10) operasi yang distandardisasi;
  (11) instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar;
  (12) balas jasa efisien, rencana insentif.

Manajemen ilmiah tidak hanya mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-masalah organisasi, tetapi juga meletakkan dasar profesionalisasi manajemen.

4. Teori Organisasi Klasik.

Dalam praktek, timbul masalah-masalah sebagai keterbatasan penerapan manajemen ilmiah. Kenaikan produktivitas sering tidak diikuti kenaikan pendapatan. Perilaku manusia yang bermacam-macam menjadi hambatan. Pendekatan “rasional” hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan phisik, tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosial karyawan. Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja, sehingga timbul usaha-usaha para ahli manajemen berikutnya melengkapi model manajemen ilmiah ;

1) Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisai yang kompleks dalam  bukunya yang terkenal, “Administration Industrielle et Generale” (Administrasi Industri dan Umum). Dalam teori administrasinya, Fayol merinci manajemen menjadi lima unsur, yaitu ; 
(1)     perencanaan,
(2)     pengorganisasian,
(3)     pemberian perintah,
(4)     pengkoordinasian,
(5)      pengawasan, yang dikenal dengan fungsionalisme Fayol.

Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu ;
(1)      teknik, produksi dan manufacturing produk,
(2)      komersial, pembelian bahan baku dan penjualan produk,
(3)      keuangan (financial), perolehan dan penggunaan modal,
(4)    keamanan, perlindungan karyawan dan kekayaan,
(5)  akuntansi; pelaporan, pencatatan biaya, laba dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistik,
(6)    manajerial.

Disamping itu Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut :
(1)      pembagian kerja, adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja,
(2)      wewenang, hak untuk memberi perintah dan dipatuhi,
(3)      disiplin, harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi,
(4)      kesatuan perintah, setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang kegiatan  tertentu dari hanya seorang atasan,
(5)      kesatuan pengarahan, operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana,
(6)      meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum, kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi,
(7)      balas jasa, kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil bagi karyawan maupun pemilik,
(8)      sentralisasi, adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi,
(9)      rantai scalar (garis wewenang), garis wewenang dan perintah yang jelas,
(10)    order, bahan-bahan (material) dan orang-orang, harus ada pada tempat dan waktu yang tepat,
(11)    keadilan, harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi,
(12)    stabilitas staf organisasi, tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi,
(13)    inisiatif, bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi,
(14)    esprit de corps (semangat korps), “kesatuan adalah kekuatan”, pelaksana operasi organisasi perlu memiliki kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps.

2)  James D. Mooney, Eksekutif General Motors, menyatakan prinsip-prinsip dasar manajemen, yang mendefinisikan organisasi sebagai sekelompok orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. Untuk merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu ;
(1)      koordinasi, meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan disiplin,
(2)  prinsip scalar, yang mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional,
(3)      prinsip fungsional, adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda,
(4)      prinsip staf, kejelasan perbedaan antara staf dan lini.

3) Mary Parker Follet (1868-1933), yang memperkenalkan unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi. Sebagai seorang ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan pemerintah, memberikan sumbangan besar dalam bidang manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi perusahaan.

4) Chaster I. Barnard (1886-1961), presiden perusahaan Bell Telephon di New Jersey, menulis bermacam-macam subyek manajemen dalam bukunya “The Functions of the Executive” yang ditulis pada tahun 1938, memandang organisasi sebagai system kegiatan yang diarahkan pada tujuan. Fungsi-fungsi utama manajemen menurut pandangannya adalah; perumusan tujuan dan pengadaan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan mencapai tujuan. Barnard menekankan pentingnya peralatan komunikasi untuk pencapaian tujuan kelompok, dan juga mengemukakan teori penerimaan wewenang, dimana bawahan akan menerima perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti atasan. Barnard adalah pelopor dalam penggunaan “pendekatan system” untuk pengelolaan organisasi.

5.   Aliran Hubungan Manusiawi 
(perilaku manusia atau neoklasik)
   
Pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustrasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional, sehingga penting membahas “perilaku manusia” dalam organisasi. Beberapa ahli mencoba melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi, sebagai berikut ;

1) Hugo Munsterberg (1863-1916), disebut sebagai “bapak psikologi industri”, menulis buku “Psikology dan Industrial Efficiency”, yang menguraikan penerapan peralatan-peralatan psikologi untuk pencapaian tujuan produktivitas. Dikemukakan bahwa, untuk mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu ;
(1)  penemuan “best possible person” , 
      (2)  penciptaan “best possible work”,
(3) penggunaan “best possible effect” untuk memotivasi karyawan. Sebagai contoh, berbagai metoda tentang psikologi dapat digunakan untuk memilih karakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Riset belajar dapat mengarahkan pengembangan metoda latihan, dan studi perilaku manusia dapat membantu perumusan teknik-teknik psikologi untuk memotivasi karyawan. Terdapat pengaruh factor-faktor sosial budaya terhadap organisasi.

2) Elton Mayo (1880-1949) dan percobaan-percobaan Howthorne, “hubungan manusiawi” sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan cara manajer berinteraksi dengan bawahan. Bila manajemen personalia mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja, hubungan manusiawi dalam organisasi adalah baik, bila moral dan efisiensi memburuk, hubungan manusiawi dalam organisasi buruk. Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer harus mengerti mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan factor-faktor sosial dan psikologi apa yang memotivasi mereka. Penemuan lainnya adalah bahwa kelompok kerja informal, lingkungan sosial juga berpengaruh besar pada produktivitas. Konsep makhluk sosial, dimotivasi oleh kebutuhan sosial, dan lebih responsive terhadap dorongan kelompok kerja pengawasan manajemen, telah menggantikan konsep makhluk rasional yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan phisik manusia

6.  Aliran Manajemen Modern

Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda, yaitu ;
1)    Pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku organisasi,
2)    Dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif (operation research dan management science atau manajemen operasi)

7. Perilaku Organisasi

Perkembangan aliran perilaku organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia dan system sosial, dengan tokoh-tokohnya yang terkenal adalah ;
1)    Abraham Maslow, yang mengemukakan adanya “hirarki kebutuhan” dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan proses motivasi.
2)    Douglas Mc Gregor, dengan teori x dan y
3)    Frederick Herzberg, yang menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua factor.
4)    Robert Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid),
5)    Rensist Likert, yang mengidentifikasi dan melakukan penelitian secara ekstensif mengenai empat sistem manajemen, dari sistem 1 ; explitif-otoritatif sampai sistem 4 ; partisipatif kelompok,
6)    Fred Fiedler, yang menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan,
7)    Chris Argyris, yang memandang organisasi sebagai system sosial atau system antar hubungan budaya,
8)    Edgar Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi, dan lain-lain.

Prinsip-prinsip dasar dari pendapat para tokoh manajemen modern adalah ;
1)    Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, prinsip),
2)    Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati,
3)    Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi,
4)    Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.

Beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset perilaku, adalah ;
1)    Unsur manusia adalah factor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan organisasi,
2)    Manajer masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen,
3)    Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan kebutuhan mereka,
4)    Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan,
5)    Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut,
6)    Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.

8.   Aliran Kuantitatif

Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi  (operation research) dalam pemecahan masalah-masalah industri. Sejalan dengan makin kompleksnya komputer elektronik, transportasi, komunikasi dan sebagainya, teknik-teknik riset operasi menjadi semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan. Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformasikan dan disebut aliran management science.

Langkah-langkah pendekatan management science biasanya adalah sebagai berikut ;
1)    Perumusan masalah,
2)    Penyusunan suatu model matematis,
3)    Mendapatkan penyelesaian dari model,
4)    Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model,
5)    Penetapan pengawasan atas hasil-hasil,
6)    Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi.

9.   Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem pada manajemen bermaksud untuk memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan sistem memberi manajer cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas.

Teori manjemen modern cenderung memandang organisasi sebagai sistem terbuka, dengan dasar analisa konsepsional, dan didasarkan pada data empirik, serta sifatnya sintesis dan integrative, yang pada hakekatnya merupakan proses transformasi masukan yang menghasilkan keluaran, yang terdiri dari aliran informasi dan sumber daya-sumber daya  yang merupakan masukan bagi lingkungan dan sebaliknya keluaran dari lingkungan adalah masukan bagi organisasi.

10. Pendekatan Kontingensi (contingency approach)

Pendekatan kontingensi, menyatakan bahwa tugas manajer adalah mengidentifikasikan teknik mana, pada situasi tertentu, dibawah keadaan tertentu, dan pada waktu tertentu, akan mencapai tujuan manajemen. Perbedaan kondisi dan situasi, membutuhkan aplikasi teknik manajemen yang berbeda, karena tidak ada teknik, prinsip, dan konsep universal yang dapat diterapkan dalam seluruh kondisi.

Ada tiga bagian utama dalam kerangka konseptual menyeluruh untuk pendekatan kontingensi, yaitu ;
1)    lingkungan,
2)    konsep-konsep dan teknik-teknik manajemen,
3)    hubungan kontingensi antara keduanya.

Dalam manajemen kontingensi, lingkungan merupakan variable bebas, sedangkan berbagai konsep dan teknik manajemen yang mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya, berfungsi sebagai variable bergantung.

11.   Perkembangan Teori Manajemen di Masa Mendatang

Terdapat lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di masa mendatang, yaitu ;
1)    Dominan, salah satu aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna,
2)    Divergence, setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri,
3)    Convergence, aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan  diantara mereka cenderung kabur,
4)    Sintesa, masing-masing aliran berintegrasi,
5)    Profiliferation, kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.

Waren Haynes dan Joseph L. Massie dalam bukunya “Management Analysis: Concept and Cases, membedakan enam aliran teori manajemen, yaitu :
1)    Aliran akuntansi manajerial,
2)   Aliran ekonomi manajerial,
3)Aliran thesis organisasi,
4)    Aliran hubungan manusiawi dan perilaku manusia,
5)   Aliran kuantitatif (matematik dan statistik),
6)    Aliran teknik industri.

John G. Hutchinson dalam bukunya “Management Strategy and Tactics, juga membagi aliran manajemen menjadi enam, yaitu ;
1)    Aliran operasional atau proses manajemen,
2)    Aliran empirik,
3)    Aliran perilaku manusia,
4)    Aliran sistem sosial,
5)    Aliran teori keputusan,
6)    Aliran matematik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar