IX. KOORDINASI DAN RENTANG MANAJEMEN
1. Koordinasi
(coordination)
Aspek utama dari
proses pengorganisasian adalah pembagian kerja dan departementalisasi,
sedangkan aspek penting lainnya adalah koordinasi dan rentang manajemen.
Setelah kegiatan-kegiatan dibagi dan didepartementalisasikan, manajer perlu
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan itu untuk mencapai tujuan. Kemampuan
manajer untuk melakukan koordinasi secara efektif sebagian tergantung pada
jumlah bawahan yang melapor kepadanya, yang dikenal sebagai rentang manajemen
atau rentang kendali.
Koordinasi
(coordination), adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu
dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam
organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering
merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
2.
Kebutuhan Akan Koordinasi
Kebutuhan akan
koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan
tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya.
Derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak
rutin dan tidak dapat diperkirakan, factor-faktor lingkungan selalu
berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat
dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
Menurut James
D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan
organisasi, yaitu : 1)
1)
Saling ketergantungan yang
menyatu (pooled interdependence) ; satuan-satuan
organisasi yang tidak saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan harian,
tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja untuk setiap hasil akhir.
2)
Saling ketergantungan yang
berurutan (sequential interdependence) ; dimana
suatu pekerjaan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum satuan organisasi lain
dapat bekerja.
3)
Saling ketergantungan timbal
balik (reciprocal interdependence) ; merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan
organisasi.
3.
Masalah-Masalah Pencapaian Koordinasi Yang Efektif
Peningkatan
spesialisasi akan meningkatkan kebutuhan akan koordinasi. Semakin besar derajat
spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.
Paul
R.Lawrence dan Jay W. Lorch mengemukakan empat
tipe perbedaan sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan
departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian
bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu ; 2)
1)
Perbedaan dalam orientasi
terhadap tujuan tertentu, (contoh; bagian penjualan
yang berorientasi diversififikasi produk sedangkan bagian akuntasi berorientasi
pada pengendalian biaya).
2)
Perbedaan dalam orientasi
waktu, (contoh ; bagian produksi yang berorientasi
jangka pendek, sedangkan bagian penelitian berorientasi jangka panjang).
3)
Perbedaan dalam orientasi
antar pribadi, (contoh ; kegiatan produksi yang
harus bekerja cepat dan tepat waktu, dibandingkan dengan bagian penelitian yang
kelihatannya bekerja santai melalui diskusi).
4)
Perbedaan dalam formalitas
struktur, (contoh ; setiap satuan organisasi
mempunyai standar dan metoda yang berbeda untuk mengevaluasi kinerja
masing-masing dalam mencapai tujuan).
4.
Pendekatan-Pendekatan Untuk Pencapaian Koordinasi
Yang Efektif
Komunikasi
adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi
secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasikan, semakin membutuhkan
informasi, dengan kata lain, koordinasi pada dasarnya merupakan proses
informasi.
Ada tiga
pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif :
1)
Mempergunakan teknik-teknik
manajemen dasar ;
·
Aturan dan prosedur.
·
Hirarki manajemen,
·
Penerapan rencana dan tujuan
sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan.
2)
Meningkatkan koordinasi
potensial ;
·
Investasi dalam system
informasi vertical.
·
Penciptaan hubungan-hubungan
kesamping.
3)
Mengurangi kebutuhan akan
koordinasi ;
·
Penciptaan
sumberdaya-sumberdaya tambahan.
·
Penciptaan tugas-tugas yang
dapat berdiri sendiri.3)
Mekanisme-mekanisme
dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-komponen vital manajemen yang
secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1)
Hirarki manajerial ; rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal,
hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan
secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
2)
Aturan dan prosedur ; keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani
kegiatan-kegiatan rutin, sehingga dapat juga menjadi alat yang efisien untuk
koordinasi dan pengawasan rutin.
3)
Rencana dan penetapan tujuan ; dapat digunakan untuk pengkoordinasian melalui pengarahan seluruh
satuan organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama.
Bila mekanisme
pengkoordinasian dasar tidak cukup, investasi dalam mekanisme-mekanisme
tambahan diperlukan. Koordinasi potensial dapat ditingkatkan dalam dua cara
:
1)
Sistem informasi vertical ; peralatan (system informasi manajemen) melalui penyaluran data
melewati tingkatan-tingkatan organisasi, dimana komunikasi terjadi di dalam
atau di luar rantai perintah, dan telah dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan
pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi internasional untuk
meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi dan
pengawasan.
2)
Hubungan-hubungan lateral
(horizontal) ; melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan lateral
membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki di
mana informasi yang dibutuhkan ada. Beberapa hubungan lateral dapat dirinci
sebagai berikut :
(1)
Kontak langsung, antara
individu-individu yang dapat meningkatkan efektifitas dan dan efisiensi kerja.
(2)
Peranan penghubung, yang
menangani komunikasi antar departemen sehingga mengurangi panjangnya saluran
komunikasi.
(3)
Panitia dan satuan tugas, yang
diorganisasi secara formal dengan pertemuan yang dijadualkan secara teratur,
dan dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
(4)
Pengintegrasian
peranan-peranan, yang dilakukan bila memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi
dan perhatian yang terus menerus, misalnya manajer produk atau proyek, dalam
meluncurkan suatu produk, jasa atau proyek khusus.
(5)
Peranan penghubung manajerial,
yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang
diintegrasikan dan implementasinya.
(6)
Organisasi matriks.
Bila
mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar tidak mencukupi, koordinasi
potensial dapat ditingkatkan dengan penggunaan metoda-metoda di atas. Tetapi
kebutuhan akan koordinasi yang sangat besar dapat menyebabkan kelebihan beban
bahkan memperluas mekanisme-mekanisme pengkoordinasian. Langkah yang paling
konstruktif yang dapat diambil dalam menghadapi kasus ini adalah mengurangi
kebutuhan akan koordinasi, melalui metoda ;
1)
Penciptaan
sumberdaya-sumberdaya tambahan, yang memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan
kerja, untuk meringankan tugas dan mengurangi masalah-masalah yang timbul.
2)
Penciptaan tugas-tugas yang
dapat berdiri sendiri, mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter
satuan-satuan organisasi, yang diserahi
suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi perusahaan.
Pertimbangan
penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah menyesuaikan
kapasitas organisasi untuk koordinasi ;
1)
Berapa banyak informasi yang
dibutuhkan organisasi untuk melaksanakan operasi-operasinya ?
2)
Berapa besar kemampuan
pemrosesan informasi ?
Bila kebutuhan
lebih besar dari kemampuan, organisasi harus menentukan pilihan ; meningkatkan
koordinasi potensial atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya terlalu besar
kemampuan pemrosesan informasi terhadap kebutuhan, secara ekonomis tidak
efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara mekanisme-mekanisme tersebut
adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokkan kemampuan pemrosesan informasi dengan
kebutuhan akan menyebabkan penurunan prestasi.
Perbandingan
mekanisme-mekanisme pengkoordinasian, dapat dijelaskan ;
Mekanisme Kompleksitas Biaya Kapasitas proses informasi
1) Aturan dan
prosedur Sederhana Murah Rendah
2) Hirarki
manajemen
-------------------------------------------------------------
3) Rencana dan
tujuan
-------------------------------------------------------------
4) Sistem
informasi
-------------------------------------------------------------
vertical dan atau
hubungan-hubungan
lateral
Kompleks Mahal Tinggi
5.
Rentang Manajemen/Rentang Kendali (Span of Control,
Span of Attention, Span of Supervision)
Prinsip rentang manajemen berkaitan
dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang
manajer atau atasan, yang menunjukkan keluasan dan ruang lingkup fungsi
pengawasan. Rentang manajemen juga berarti jumlah
bawahan yang secara langsung memberikan laporan kepada seorang manajer tertentu.
Rentang manajemen dan koordinasi saling berhubungan erat; semakin besar jumlah
rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bawahan
secara efektif. Semakin banyak jumlah bawahan yang melapor ke setiap manajer,
organisasi hanya membutuhkan sedikit manajer.
Ada dua
alasan utama penentuan jumlah rentangan yang tepat
;
1)
penggunaan efisien dari
manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka ; terlalu lebar rentangan berarti manajer harus mengendalikan
bawahan yang besar, sehingga menyebabkan tidak efisien, sebaliknya rentangan
yang terlalu sempit, dapat menyebabkan manajer tidak digunakan sepenuhnya.
2)
hubungan antara rentang
manajemen di seluruh organisasi dan struktur organisasi ; semakin sempit rentang manajemen, stuktur organisasi akan
berbentuk “tall” dengan banyak tingkat pengawasan antara manajemen puncak dan
tingkat paling rendah, rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan
struktur yang berbentuk “flat” dengan tingkatan manajemen sedikit, akan
mempengaruhi efektifitas manajemen di semua tingkatan.
Jumlah
rentang manajemen yang ideal tergantung dari banyak variable, seperti ;
1)
besarnya organisasi,
2)
teknologi,
3)
spesialisasi,
4)
kegiatan-kegiatan rutin,
5)
tingkatan manajemen,
6)
sifat-sifat pekerjaan lainnya.
Henry Fayol mengemukakan, bahwa jumlah maksimum bawahan yang dapat dikendalikan
oleh setiap pengawas produksi dalam organisasi adalah 20-30 karyawan, sedangkan
setiap kepala pengawas (superintendent) dapat mengawasi 3-4 pengawas produksi. V.A.Graicunas,
seorang konsultan dan ahli matematika Perancis, menyatakan bahwa dalam memilih
suatu rentangan, manajer harus mempertimbangkan tidak hanya hubungan secara
langsung dengan bawahan yang diawasi, tetapi juga hubungan mereka dengan
bawahan dalam kelompok lainnya, yang dapat digambarkan secara matematik
hubungan-hubungan tersebut, dan dinyatakan dengan rumus ;
R
= n ( 2(n-1) + n-1 ), dimana ;
R
= jumlah hubungan dan n = jumlah bawahan,
berarti ; *
Bila ada 5 bawahan, akan ada 100 hubungan,
*
dengan 10 bawahan akan ada 5.210 hubungan.
Lyndall F.
Urwick menyimpulkan tidak ada eksekutif yang dapat
mengendalikan secara langsung kerja lebih dari 5-6 bawahan, sedangkan Jenderal
Ian Hamilton, berdasarkan pengalaman militernya, mempunyai kesimpulan yang
sama, bahwa otak rata-rata manusia hanya memiliki ruang lingkup yang efektif
dalam penanganan 3-6 otak manusia.
6.
Rentang Manajemen Dan Tingkatan Organisasional
Dalam kenyataan,
adalah tidak biasa mempunyai rentang manajemen yang sama pada setiap tingkatan
struktur organisasi. Dalam hal ini dapat digambarkan tiga struktur rentang
manajemen, yaitu ;
1)
rentangan datar (flat), dimana seorang manajer mengawasi langsung keseluruhan bawahan,
yang menghasilkan rentang manajemen yang sangat lebar dan struktur organisasi
yang datar.
2)
rentangan lebih tinggi, dengan rentangan manajemen lebih sempit dan struktur organisasi
yang lebih tinggi.
3)
rentangan tinggi (tall), dengan rentang manajemen sangat sempit dan struktur organisasi
sangat tinggi.
Dengan meningkatnya
jumlah karyawan, organisasi mempunyai tiga pilihan ;
1)
rentang manajemen naik,
2)
hiraki manajemen naik,
3)
kombinasi keduanya.
Dampak digunakannya
rentang manajemen yang melebar (naik), adalah ;
1)
tingkatan hirarki yang semakin
tinggi cenderung mengurangi kecepatan waktu penyebaran informasi dari atas
kebawah.
2)
lebih banyak jumlah tingkatan
yang harus dilalui informasi, lebih besar kemungkinan penyimpangan atau
distorsi.
3)
penambahan tingkatan manajemen
juga memakan biaya, karena memerlukan penambahan gaji manajerial.
4)
penggunaan sumber daya
manajerial lebih efisien.
5)
sangat baik untuk kegiatan
riset dan pengembangan.
Dampak
digunakannya rentang manajemen yang menyempit (hirarki manajemen naik) ;
1)
pada umumnya moral dan
produktifitas karyawan akan meningkat dalam organisasi-organisasi kecil
daripada organisasi-organisasi besar.
2)
manajer tidak akan dapat
menjalankan fungsinya dengan efektif, dan mencurahkan perhatiannya kepada
seluruh bawahan secara perseorangan.
3)
koordinasi dan kooperasi
berkembang baik, karena setiap individu harus mengelola fungsi sendiri dan
dengan bantuan minimum dari atasan.
4)
untuk kegiatan yang berulang,
rentangan yang menyempit akan menaikkan moral dan efisiensi.
Kelompok
Lockheed mengembangkan suatu pendekatan yang
memperhitungkan segala kemungkinan (contingency approach) untuk
mendapatkan rentangan yang tepat bagi manajer tertentu, mempertimbangkan
factor-faktor pengaruh ; 4)
1)
Kesamaan fungsi-fungsi,
2)
Kedekatan geografis,
3)
Tingkat pengawasan langsung
yang dibutuhkan,
4)
Tingkat koordinasi pengawasan
yang dibutuhkan,
5)
Perencanaan yang dibutuhkan
manajer,
6)
Bantuan organisasional yang
tersedia bagi pengawas.
Pedoman lainnya
yang dapat dipakai untuk menentukan rentang manajemen mencakup beberapa
factor ; 5)
1)
Factor-faktor yang berhubungan
dengan situasi, dimana rentang manajemen dapat melebar bila ;
(1)
pekerjaan bersifat rutin,
(2)
operasi-operasi stabil,
(3)
pekerjaan bawahan sejenis,
(4)
bawahan dapat bekerja
independent,
(5)
prosedur-prosedur dan
metoda-metoda baik dan formal,
(6)
pekerjaan tidak membutuhkan
tingkat pengawasan yang tinggi.
2)
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan bawahan, dimana rentang manajemen dapat melebar bila ;
(1)
bawahan terlatih baik untuk
pekerjaan tertentu,
(2)
bawahan lebih senang bekerja
tanpa pengawasan ketat.
3)
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan atasan, dimana rentangan manajemen dapat melebar bila ;
(1)
manajer terlatih baik dan
berkemampuan tinggi,
(2)
manajer menerima bantuan dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan tambahan selama pengawasan dilaksanakan,
(3)
manajer lebih menyukai gaya
pengawasan yang lepas daripada ketat.
Sumber Pustaka :
1)
James D. Thompson, Organization
in Action, Mc.Graww Hill, New York, 1967, ch.2.
2)
James A.F. Stoner, Management,
Prentice Hall International, Inc, Englewood Cliffs, New york, 1982, hal.283.
3)
James A.F. Stoner, ibid, hal
285-289.
4)
C.W.Barkdull, Span of Control,
A Method of Evaluation, Michigan Business Review, 15, no.3, 1963, hal. 27-29,
dan Harold Steilitz, Span of Control, Management Record, 24 September 1962,
hal.27.
5)
Michael Keren dan David
Levhari, The Optimum Span of Control in a Pure Hierarchy, Management Science,
25, No.11, Nopember 1976, hal. 1162-1172.