Makalah
agama ISLAM
MANUSIA
MENURUT TINJAUAN ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manusia Dalam Pandangan Islam”.
Penulisan makalah
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah MPK Agama Islam
Universitas Indonesia.
Dalam Penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1.
Bapak
Drs. Jauhari SHI., MM. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2.
Teman-teman
yang sudah membantu
3.
Rekan-rekan
semua di Kelas B MPK Agama Islam FMIPA Universitas Indonesia
4.
Secara
khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah ini
5.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis
berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Depok, Maret 2012
Tim Penulis
ABSTRAK
Makalah ini menjelaskan tentang manusia dalam pandangan islam.
Selain itu dicantumkan juga fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam.
Dijelaskan dalam makalah ini bahwa manusia merupakan makhluk yang paling mulia dan sangat unik. Manusia
dianugerahi berbagai potensi dan
petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Manusia memiliki potensi dasar
yang pada hakikatnya sangat membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah
lainnya, yaitu nafsu dan akal/pemikiran. Dalam hidup di dunia, manusia diberi
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Manusia
merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai
hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua
lemabaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap
dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum
ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti
dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo
economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Agama
islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam
kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal
pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun,
jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajad
manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.
Sangat
menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertarik
untuk mengulas sedikit tentang Manusia Menurut Pandangan Islam.
1.2
Rumusan masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang
manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling
berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian manusia menurut islam?
2. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam?
3. Apa hakikat manusia menurut islam?
4. Apa kelebihan manusia dari makhluk lain?
5. Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam
islam?
1.3
Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas MPK agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan
masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang manusia dalam
pandangan islam dan untuk membuat kita lebih memahami islam.
1.4
Metode Penulisan
Penulis
memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media
media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil
dari internet.
1.5
Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu
bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan
terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan subbab yang berkaitan dengan manusia dalam pandangan islam serta
fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam. Terakhir, bab penutup terdiri
atas kesimpulan.
BAB II
MANUSIA
MENURUT TINJAUAN ISLAM
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda
dengan makhluk lain. Manusia
memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
1.1 Pengertian Manusia
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu”
(Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai
makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies
primata dari
golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.
1.1.1 Pengertian manusia menurut para ahli
·
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia
adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani
merupakan satu barang
·
ABINENO J. I
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan
"jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana"
·
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman),
jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik
· I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias
dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa
·
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia
adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia
dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
·
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan
bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan mahluk yang lain
·
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia
adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung
jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
1.1.2 Pengertian manusia menurut agama islam
Dalam
Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang,
jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’).
Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam
karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam
Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
1.2 Penciptaan Manusia dalam
Agama Islam
Sebagaimana
yang telah Allah firmankan:
“Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At Tin : 5)
Terdapat dua ayat Al Qur’an yang setidaknya dapat
mewakili untuk menunjukkan kepada kita bahwa asal kejadian manusia itu dari
tanah. Ayat itu adalah dari surat Shad ayat 71 yang artinya “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah.” dan surat Ash Shaffat ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan
tahapan-tahapan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
“Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)
“Wahai manusia,
jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)
Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan
manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan
kesempurnaan kekuasaan-Nya. Begitu pula penggambaran penciptaan nabi Adam yang
Allah ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang
berbau busuk dan diberi bentuk, yang tertera dalam surat Al Hijr ayat 26, “Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah.
Allah ciptakan pula Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya :
“Dia menciptakan kamu
dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar
: 6)
“Dialah yang
menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya,
agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)
Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas
Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air
mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga
hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)
Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang
terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam
rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim
itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan
dalam firman-Nya :
“Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.”
(Al Mursalat : 20-22)
Dari nuthfah, Allah
jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim.
Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki
bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah
Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki
dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk
menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah
ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat,
mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara
lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain)
Dari
pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan
diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan
dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan
beribadah kepada-Nya.
1.3 Hakikat Manusia
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan
rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati
tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang
bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di
otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu berkembang dengan pengaruh lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini
memiliki potensi pokok yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain
yang menjadi hakikat manusia adalah mereka berkecenderungan beragam. Sebagai
makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi pokok paling banyak, manusia
menjadi menarik untuk diteliti. Manusia yang sebagai subjek kajian mengkaji manusia sebagai objek
kajiannya dalam hal karya, dampak karya terhadap dirinya sendiri, masyarakat
dan lingkungan hidupnya. Namun, sampai sekarang manusia terutama ilmuwan belum
mencapai kata sepakat tentang manusia.
Dalam
bukunya Man the Unknown, Dr. A.
Carrel menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat
manusia. Beliau menulis :
Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang
sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki pembendaharaan
yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli
di bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu
mengetahui dari segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia
secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian
bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita
sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh
mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap
tanpa jawaban.
Manusia
diberi Allah potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu,
kalbu, jiwa, raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia
dengan makhluk ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan
akal/pemikiran. Manusia memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya
memiliki nafsu. Manusia yang cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak
mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Allah lainnya secara baik dan
benar, maka manusia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi binatang,
walaupun Al-Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang
seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran (Q.S. Al A’raf : 179) :
Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan
untuk memahami (ayat ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk
melihat (tanda tanda keksuasaan Allah), punya telinga tetap tidak mendengar
(ayat ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan
hewan, bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang.
1.4 Kelebihan Manusia dari Makhluk Lain
Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami
melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan
yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia.
Namun jika manusia beriman dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan
para malaikat. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tsb.
Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk
bersyujud (hormat) kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan
manusia ;
“Dan ingatlah
ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah
mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk
golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).
Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma
(nama-nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu
oleh Allah SWT.
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah
berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka
setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankah sudah
Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33)
Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah
tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada
Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.
Keempat, manusia diberi tugas
oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah ketika Tuhan
mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30)
Melihat pembahasan di atas, terlihat bahwa
manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain. Karena
sebagai mana kita ketahui, Allah telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang
mulia. Atas dasar fakta-fakta di atas, sudah sewajarnyalah, kita sebagai
manusia (makhluk ciptaan Allah) senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih
sayang-Nya. Salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.
1.5 Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai
berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan
jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu
mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab manusia di
Bumi.
1.5.1
Peran Manusia
Menurut Islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan
adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan
ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang
telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar
(surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan
ilmu (al Baqoroh : 31-39)
3. Membudayakan
ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
1.5.2 Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah
untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa
yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih
dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis.
Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga
kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak
sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan
dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu
hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang
tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar
batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan
peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu,
ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya
adalah :
“Dia-lah yang
menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka
(akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai
hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang
padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada
Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap
muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia
meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS
(at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya”.
Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi,
peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan
memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya
sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
BAB
III
KESIMPULAN
Manusia dalam agama islam diartikan sebagai
makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal,
bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak
dapat ditangkap dengan panca
indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan
sebagainya.
“Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)
manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain,
salah satu buktinya adalah kepatuhan
manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan
godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah
tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah)
seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya,
karna salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.
Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan
mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol
( QS. Al Isra 70).
Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya
sebgai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu
belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia
sebagai khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka
bumi, mengelola dan memelihara bumi.
Sebenarnya Al Quran
sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia.
Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami
apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga dapat
menjalani kehidupan dengan penuh makna.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam.
PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.
Shihab,
M. Quraish. 2007. Wawasan Al-Quran.
PT Mizan Pustaka : Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar