Kamis, 06 Agustus 2015

AGAMA - IMAN KEPADA HARI KIAMAT

IMAN KEPADA HARI KIAMAT
Seorang muslim beriman bahwa kehidupan di dunia akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan kehidupan kedua di alam akhirat. Keyakinan terhadap alam akhirat/hari kiamat ini merupakan bagian dari rukun iman (dasar-dasar keimanan). Adapun bukti-bukti adanya hari kiamat, sekaligus dalil keimanannya, berasal dari wahyu (ayat-ayat) Allah dan hadist Rasul. Dasar pemahamannya berdasarkan dalil naqli, bukan dalil aqli. Sebab, hari kiamat adalah sesuatu yang tidak terjangkau panca indra manusia, sehingga akal tidak mampu menemukannya dengan pasti berdasarkan usaha pengindaraan terhadap sesuatu. Tanpa adanya berita tentang hari kiamat dari wahyu Allah, maka manusia tidak  mengetahui apakah ada atau tidak hari kebangkitan sesudah mati, untuk apa ada hari kebangkitan itu, juga apakah masih ada atau tidak kehidupan sesudah mati, serta bagaimana bentuk kehidupan sesudah mati itu? Dalil-dalil naqli yang menjelaskan tentang hari kiamat tersebut diantaranya adalah:


                “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, Tidak demikian. Demi Tuhanku, kalian benar-benar pasti dibangkitkan, kemudian akan diberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah mudah bagi Allah”.
(QS At Taghaabun 7)

                Hadist shohoh, ketika jibril mengajarkan kepada Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dari Umar bin Khathab:

                Ketika Jibril menanyakan kepada Rasulullah tentang iman, maka Rasulullah menjawab: “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, juga kepada hari kiamat. Dan hendaklah engkau beriman kepada Qodar yang baik dan buruk (dari Allah)”.

                Iman kepada hari kiamat adalah iman kepada hari berbangkit, yaitu waktu berakhirnya seluruh kehidupan makhluk di alam semesta yang fana ini, kemudian Allah pasti menghidupkan kembali semua makhluk yang telah mati, membangkithidupkan tulang-belulang yang sudah hancur, mengembalikan jasad yang telah menjadi tanah sebagaimana asalnya, dan mengembalikan ruh pada jasad seperti sedia kala.

Keadaan Manusia Ketika Berbangkit

                Ada yang mempersoalkan kebangkitan manusia dari kubur, apakah ia bersifat materi ataukah ammateri (spiritual). Menurut paham Ahlussunnah, yang dihidupkan kembali (bangkit) dari kubur adalah badan (wadag) yang telah menjadi tanah (membusuk) ditinggalkan oleh nyawanya (roh) dahulu ketika manusia di bumi. Keterangan ini berdasarkan firman Allah:


                “(Dan) Dia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia lupa akan kejadiannya. Ia katakan: “Siapa pula yang sanggup menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh itu?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Allah yang menciptakannya kali pertama. Dan Dia Mahatahu tentang segala makhluk”
(QS Yasin 78-79)

                Juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Madjah dari Jabir ra:

                “Setiap hamba akan dibangkitkan menurut keadaan ketiaka ia mati.”

                Menurut Maulana Muhammad Ali, yang dibangkitkan dari kubur itu bukanlah badan manusia ketika ia ditinggalkan oleh nyawanya, melainkan badan baru dan berbeda sama sekali dengan yang terdahulu. Ia merujuk kepada keadaan langit dan bumi pada hari kiamat nanti, bahwa ia bukanlah bumi dan langit dunia yang dahulu. Ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadikan sandarannya adalah surat Ibrahim 48, Al Israa’99, dan Al Waqi’ah 58-62.
               
           Ketiga ayat tersebut menurut takwilnya, menunjukkan bahwa pada hari akhir, bumu, langit, dan manusia diganti dengan yang lain, tetapi serupa dengan bentuk terdahulu dalam kondisi yang berbeda dengan kondisi dunia. Menurut Maulana Muhammad Ali, nyawa seseorang nanti tidak kembali kepada badannya yang lama (di dunia) tetapi akan masuk kepada badan baru di akhirat (Maulana Ali; “The Religion of Islam”, Pakistan, hal. 281-283).
                Pendapat tersebut sebenarnya tidak dapat diterima. Sebab, ia bertentangan dengan nash-nash Al-Qur’an dan sunnah Rasul yang menjelaskan bahwa yang akan dibangkitkan dari alam kubur adalah nyawa manusia dari badan yang dahulunya hidup di dunia, bukan badan yang lainnya.
Al-Qur’an menyatakan hal tersebut, misalnya dalam surat Ibrahim 48-50, Al Kahfi 48, An-Nisaa’ 24, serta hadist Rasulullah SAW:

                “Sesungguhnya (ahli jahannam) kepadanya akan ditumpahkan air yang sangat mendidih ke atas kepala mereka sampai-sampai air itu mengucur kan tubuh bagian dalam mereka dan mengeluarkan organ bagian dalam. Setelah itu (tubuh rusak tersebut) diciptakan kembali (untuk selanjutnya menerima siksaan yang berulang-ulang).”
(HR Ahmad, Tirmizi, Al Hakim dari Abi Hurairah). (lihat “Kanzul Umal”, Al-Burhan Furi, hadits no. 39515)

                Seluruh ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia berkumpul di Padang Mahsyar dengan keadaan dan bentuk yang sama seperti ketika ia hidup di dunia. Sedanglan bagi Maulana Muhammad Ali tidaklah dapat dijadikan dasar yang benar, terutama surat Ibrahim ayat 48:


               “(Yaitu) Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap kehadirat Allah Yang Mahaesa lagi Maha Perkasa” (QS Ibrahim 48).

                Ayat ini tidak dapat dijadikan dasar untuk menunjukkan adanya perubahan bentuk manusia pada hari kiamat. Dalam ayat tersebut hanya bumi dan langit saja yang berubah, sedangkan manusia tidak berubah sama sekali. Begitu pula dasar yang diambil dalam surat Al-Israa’ ayat 99:


                “(Dan) Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah pencipta langit dan bumi adalah kuasa (pula menciptakan yang serupa dengan mereka yang tidak ada keraguan kepadanya? Maka, orang-orang yang dzalim itu tidak menghendaki selain kekafiran (berhala)”.

                Bagi Allah, tidaklah sukar menciptakan langit dan bumi yang baru, apalagi manusia dalam bentuk terdahulu ketika ia mati. Sedangkan surat Al-Waqi’ah 58-62; ayat ini bukanlah menjelaskan pengantian bentuk badan manusia di akhirat, tetapi ayat tersebut menjelaskan kekuasaan Allah untuk menggantikan manusia di dunia (mengganti suatu bangsa yang melanggar perintah Allah dengan bangsa yang patuh terhadap perintah Allah).

Waktu Hari Kiamat

                Manusia selalu bertanya kapankah terjadinya hari kiamat. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu dengan pasti dan tepat, kapan terjadinya. Allah SWT berfirman:





                “Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat: “Bilakah terjadinya? Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada sisi Rabbku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melaikan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Al A’Raaf 187)

Tanda-tanda Hari Kiamat

                Meskipun Al-Qur’an dan hadist Rasulullah tidak menjelaskan secara pasti kapan terjadinya hari kiamat, namun dalam banyak hadist, -- mesti tidak kepada derajat mutawatir -- digambarkan beberapa tanda yang menunjukkan sudah berapa dekatnya hari kiamat tersebut. Beberapa hal yang digambarkan tersebut --meski masih diperselisihkan dalam beberapa haldi kalangan kaum muslimin-- antara lain:

                Banyaknya mode pakaian telanjang. Jumlah orang beriman sedikit. Zina dan minimuman memabukkan serta kejahatan-kejahatan lain merajalela. Perhiasan masjid yang berlebihan dan suara hiruk-pikuk lebih sering terdengar di masjid. Penyalahgunaan jabatan. Perpecahan umat islam/negeri-negeri Islam akibat fitnah oleh musuh-musuh Islam. Kehancuran peradaban Islam dan akan kembali jaya dan berkuasanya  kaum Muslimin dikemudian hari sehingga kaum muslimin menguasai pusat kekuasaan Khatolik Nashrani di Roma dan tersebarnya Islam ke seluruh dunia. Peperangan antar umat Islam dengan Yahudi yang berakhir dengan kemenangan dipihak kaum muslimin.
                Munculnya Dajjal di tengah ummat Islam untuk menyesatkan manusia. Muncul Muhammad Al-Mahdi di bumi untuk meluruskan ajaran Nashrani (ajaran trinitas, yakni menuhankan Nabi Isa),  mengislamkan orang Nashrani, menghancurkan salib-salib, menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan syari’at Islam, membunuh Dajjal kemudian beliau kawin lalu meninggal dan domakamkan dekat makam Rasulullah SAW. Munculnya Daabbah (binatang ajaib) yang dapat berbicara dengan manusia untuk menunjukkan kepalsuan dan ketidakbenaran semua ajaran selain agama Islam, serta memperingatkan orang-orang yang tidak percaya dengan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah). Matahari akan terbit dari arah barat dan itu setelah nabi Isa wafat; pada saat itulah pintu taubat tertutup. Munculnya Ya’juj dan Ma’juj (dua bangsa dari sebelah Timur) menyerang kaum muslimin bagaikan air bah, tetapi peperangan itu akan berakhir dengan kehancuran tentara Ya’juj dan Ma’juj oleh Allah dengan kemenangan di pihak kaum muslimin (ini terjadi mada masa Nabi Isa as masih hidup). Kemudian Allah akan mengirimkan kabut tipis  yang menyebabkan kematian seluruh kaum muslimin dan tinggallah kaum kafir (jahat). Terjadi gempa bumi di Timur/Barat dan seluruh Jajirah Arab, disertai munculnya apidi daerah Yaman, sehingga orang-orang lari ke arah Syam dan disini mereka mati setelah ditiup sangkalala. Pada saat itulah Kiamat yang sesungguhnya terjadi.

                Demikianlah gambaran ringkas tentang kondisi yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Hanya saja, selain gambaran-gambaran tersebut masih diperselisihkan kepastiannya -- karena dasarnya hanya berupa hadist-hadist yang tidak mencapai derajat mutawatir -- seorang Muslim yakin bahwa Allah mampu mewujudkan  kiamat kapan saja yang Ia kehendaki. Selain itu, yang penting bagi kita tentu bukanlah dapat menyaksikan  kiamat itu atau tidak, tetapi sejauh mana kesiapan menghendaki kejadian-kejadian setelah hari berbangkit tersebut. Harus juga dipahami bahwa kematian seseorang, sudah termasuk “kiamat” (kecil) bagi dirinya.

Nasib Manusia pada Hari Kiamat

                Al-Qur’an menerangkan bahwa hari kiamat terjadi setelah ditiupnya sangkakala pertama oleh malaikat Isrofil. Pada saat itu, semua makhluk binasa kecuali mereka yang dikehendaki oleh Allah, kemudian ditiupkan sangkakala untuk kedua kalinya agar semua makhluk berdiri dan berjalan menuju Padang Mahsyar untuk perhitungan amalnya. Firman Allah SWT;


                “(Dan) ditiuplah sangkakala, maka matilah apa yang ada di langit dan  bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)” (QS Az-Zumar:68)

                orang-orang Atheis telah meragukan hari kiamat setelah tergambar dalam otaknya bagaimana kesulitan yang akan dihadapi Allah ketika menghitung amal perbuatan manusia yang begitu banyak. Sikap ini tumbuh karena mereka tidak berfikir bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi tanpa merasa lelah sedikitpun. Firman Allah SWT:


                “(Dan) Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa dan Kami tidak ditimpa keletihan” (QS.Qaaf 36).

                Allah Mahatahu berapa jumlah tetes hujan yang jatuh ke bumi, serta tidak satu lembar daunpun yang jatuh ketanah melainkan diketahui-Nya (QS Al An’aam 59). Sedangkan manusia telah terbukti tidak sanggup menghitung tetes hujan yang turun ke bumi, berapa jumlah butir pasir di sepanjang pantai dunia, serta berapa jumlah bayi yang lahir kedunia sejak dahulu sampai sekarang.
                Semua jumlah bilangan yang banyak itu hanya Allah SWT yang sanggup menghitungnya. Sebab, Dia Yang Mahatahu, Mahakuasa dan Mahakaya. Dia tahu jumlah makhluk sebelum diciptakannya sesuatu. Apakah adanya hisab manjadi sesuatu yang menyusahkan bagi-Nya? Misalnya untuk menghitung semua amal manusia ketika hidup; kejahatannya dan keburukan yang pernah dikerjakan. Segala gerak yang dilakukan manusia muali dari mata, mulut, hidung, telinga, kaki, tangan dan segala sifat jasmati dan rohani (hati), semuanya mendapat penilaian dari Allah dan akan dibalas.
                Pada hari hisab, segala sesuatu akan disaksikan oleh manusia, binatang dan semua makhluk, sejak nabi Adam hingga makhluk terakhir. ia juga akan disaksikan oleh ayah-ibunya, neneknya dan kawan-kawannya. Allah SWT bwrfirman:


                “Bacalah kitabmu sendiri yang pada hari itu cukup menjadi saksi” (QS.Zalzalah 4)

                Orang-orang yang beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-nya dengan sesuatu apapun, maka ia pasti diampuni dosanya. Sebab Allah mengampuni semua dosa manusia kecuali dosa manusia kecuali syirik. Allah SWT:


                “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (menyekutukan Dia). Dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang menyekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia tersesat sejauh-jauhnya” (QS An-Nisaa’ 116)

                Kedzaliman antar manusia di dunia merupakan dosa yang tidak terhindarkan. Namun, ia akan diadili dengan seadil-adilnya. Mereka yang merampas harta orang lain, mencuri, memperkosa, membunuh, menganiaya, mereka yang mengetahui di kanan kirinya banyak orang miskin, tersiksa dan memerlukan bantuan tetapi ia membiarkannya, mereka yang tidak benar ketika bergaul, berpolitik maupun berdagang, mereka yang berdosa besar maupun kecil, berjual beli secara bathil, membuka aurat di depan umum dan berteriak-teriak di jalanan, berbisik, hubungan antara majikan dengan buruh buruk, serta berbagai persoalan keluarga. Semua bentuk perbuatan itu pasti diadili, yaitu disaat tidak ada partai dan golongan, kebanggaan, kesukuan maupun ikatan lainnya yang dapat membantu mereka dari peradilan yang seadil-adilnya.

                Segala caci maki, tuduhan yang semena-mena tanpa bukti, menyakiti orang lain, bergunjing, mengkritik dengan maksud buruk, kata-kata yang keluar tanpa makna, menyia-yiakan waktu, berhutang tetapi tidak mau membayar, berjudi dan berzina, serta 1001 macam persoalan kehidupan manusia, semua pasti diadili dan mendapat hukuman Allah pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tarmidzi dari Abi Hurairah:


                “Tahukah engkau siapakah orang-orang miskin (bangkrut) itu? Mereka adalah umatku yang datang pada Hari Kiamat dengan shalat, shaum, zakatnya, tetapi mereka telah mencaci-maki, menuduh seseorang tanpa bukti, sehingga semua perbuatannya itu menyebabkan ia telah menghilangkan kebaikannya. Kemudian ia ditenggelamkan kedalan neraka jahannam”.

                Orang-orang yang jumlah dosanya lebih banyak daripada amal kebajikannya, maka mereka pasti disiksa dalam neraka jahannam. Sedangkan orang-orang yang jumlah amal kebaikannya lebih banyak daripada amal kejahatannya, maka mereka akan mendapat balasan kenikmaatan di jannah. tetapi akan berbeda dengan orang-orang yang jumlah amal kabajikan seimbang dengan amal kejahatan, maka mereka akan ditangguhkan, tidak dimasukkan ke dalam jannah atau jahannam. Mereka akan ditempatkan pada suatu lokasi yang disebut Al-A’raaf, sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dari tempat ini, mereka dapat menyaksikan bagaimana pedihnya siksa jahannam dan bagaimana kenikmatan yang diperoleh oleh penghuni jannah. Namun penghuni Al-A’raaf ini suatu waktu pasti dimasukkan Allah ke dalam jannah (QS Al A’raaf 46-47).

Kenikmatan Jannah

                Kehidupan di dalamjannah adalah abadi, penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Allah SWT berfirman:


                “Masukilah jannah itu dengan aman, itulah hari kekekalan” (QS Qaaf 34).

                Penghuni jannah akan bertemu dengan ayah, suami, istri, para famili, dan para cucunya yang beramal shalih dengan penuh kegembiraan dan kebahagian. Para malaikat akan masuk dari segala penjuru dengan menyampaikan salam. Gambaran tersebut, sekilas ditunjukkan dalm firman-Nya:

                “(Yaitu) Jannah ‘And, tempat mukim mereka, bersama orang-orang shaleh dari para bapak, istri dan anak cucu mereka. Sementara itu, para malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): ‘Sejahtera atas kalian seluruhnya karena kesabaran kalian’ (salaamun ‘alaikum bimaa shabartum). Maka, alangkah baiknya tempat terakhir itu”. (QS Ar-Raad 23-24)

                Tentang sifat-sifat jannah, Rasulullah SAW besabda yang diriwayatkan dalam hadist shohihriwayat Imam Muslim dari Abi Hurairah:


                “Siapa saja yang masuk jannah, maka ia pasti akan merasakan senang dan tidak pernah putus asa. Ia berpakaian yang tidak lepas, masa remaja yang tidak pernah pudar, matanya melihat sesuatu yang tidak pernah dilihat sebelumnya, telinganya mendengar sesuatu yang tidak pernah didengar sebelumnya, dan hati manusia tidak pernah menghayalkan sesuatu hal yang ada sebelumnya”.

                Pada waktu itu manusia akan melihat Rabbnya, yang dinyatakan Rasulullah SAW sebagai bentuk yang Mahaindah. juga di dalam jannah berlimpah buah-buahan yang tidak putus-putusnya dan tidak pernah terhalang. Allah SWT berfirman:


                “Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak dilarang mengambilnya”(QS Al-Waqi’ah 32-33)

Siksa Jahannam

                tentang siksaan terhadap orang kafir dan dzalim di dalam jahannam, Allah SWT berfirman:


                “Hai orang-orang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api jahannam yang bahan bakarnya adalah (tubuh) manusia dan bebatuan: penjaganya para malaikat yang kasar, keras, (dan) tidak (pernah) membantah kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
(QS At-Tahriim 6)

                Sedangkan kedudukan orang-orang munafik, mereka berada di kerak/dasar jahannam yang paling bawah.


                “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (tempat mereka) berada pada tingkatan yang paling bawah dari jahannam, dan kamu sekali-kali tidak mendapat seorang penolonhpun bagi mereka”.
(QS An-Nisaa’58)


Adzab Jahannam adalah Siksaan Fisik (tidak hanya ruh) Kenikmatan Jannah adalah Kesenangan Sempurna

                Siksaan jahannam adalah abadi dan kekal. Siksaan di jahannam maupun kenikmatan di jannah merupakan akibat perbuatan manusia di dinia. Semua itu dirasakan secara fisik, bukan secara roh, maka pernyataan tersebut terbantah dengan memperhatikan firman Allah SWT:

                “Ketika (itu) belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseet. (Kemudisn mereka dimasukkan) ke dalam api yang sangat panas, lalu mereka dibakar di dalam api (yang menyala-nyala)”. (QS Al-Mukmin 71-72)

                Begitu pula sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat At Taubah ayat35, Al Ma’aarij 15-16, dan Al Faathir 33.
                Sebagaimana mungkin siksaan yang disebutkan pada ayat-ayat Al-Qur’an tersebut bentuknya adalah siksaan yang bersifat ruh. Bahkan patut pula diketahui bahwa kehidupan akhir tersebut mempunyai persamaan dengan kehidupan dunia, yaitu adanya perasaan, pengertian, kepuasan, dan adanya makhluk (hewan dan tumbuhan) yang akan menemani kehidupan manusia di jannah.
Allah SWT berfirman:


                “(Dan) Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini”. (QS Ath Thuur 22)

                Rasulullah SAW bersabda:

                “Ahli jannah makan dan minum di dalan jannah tetapi mereka tidak buang air besar, tidak buang ingus dan tidak kencing”.
(HR. Muslim dari Jabir ra)

                Dari Nu’msn bin Basyir ra, ia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:


                “Seringan-ringannya siksa pada Hari Kiamat ialah orang yang padanya diletakkan dua bara api di bawah  tumitnya yang mampu mendidihkan otaknya. Pada saat itu ia merasa bahwa tidak seorangpun yang lebih berat siksaan yang diterimanya dibandingkan dengan orang lain. Padahal sesungguhnya itulah siksa seringan-ringannya” (HSR.Bukhari Muslim)

Dampak Iman Kepada Hari Kiamat

                Iman pada hari kiamat akan mampu mendorong setiap mukmin untuk berfikir sebelum melakukan tindakan. Sebab ia yakin bahwa semua amal perbuatannya akan dimintai pertanggungjawabannya dan ia menerima balasannya, baik atau buruk sesuai dengan perbuatannya itu. Allah SWT barfirman:


                “Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarahpun, maka pasti ia melihat (balasan)nya”. (QS Al-Zalzalah 7-8)

                Karena ituiman kepada hari akhir mempunyai dampak positif bagi kehidupan seseorang, yakni:

a. Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada AllahSWT dan senantiasa mengharapkan pahala pada hari kiamat. Ia akan berusaha menjauhi segala larangan-nya karena takut siksaan kelak di kemudian hari.
b. Menghibur dan mendorong agar bersabar bagi mukmin bahwa kebahagiaan (kesenangan, kesejahteraan) yang belum diperolehnya di dunia akan diterimanya di kemudian hari.
(lihat “Aqidah Ahlus Sunnah”, Muhammad Shalih Al Uthamin,(terj.hal.89)

Catatan Amal Perbuatan Manusia pada Hari Kiamat

                Iman kepada Hari Kiamat membawa konsekuensi yang logis untuk iman juga kepada adanya catatan amal perbuatan manusia. Setiap manusia akan menerimanya pada hari pembalasan itu. Allah SWT berfirman:

                “(Dan) Setiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya  ( sebagaimana tettapnya kalung ) pada lehernya. Dan  kami berikan kepadanya pada hari kiamat sebuah kitab ( catatan amal perbuatan ) yang dijumpainya terbuka “ :  bacalah kitabmu. Maka cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab ”. ( QS Al-Israa’ 13-14 )

                Al-qur’an menjelaskan bahwa orang orang mukmin akan diberikan catatan amal perbuatan mereka melalui tangan kanannya dari depan, sedangkan orang orang mukmin yang melakukan dosa besar akan menerimanya melalui tangan kanannya tetapi dari belakang.
                Hal itu akan berbeda terhadap orang orang kafir. Mereka pasti menerima catatan amal perbuatannya melalui tangan kirinya. Allah SWT berfirman :


                “ Adapun orang orang yang diberikan kepadanya kitab ( amal perbuatan ) nya dari sebelah kanannya , maka dia berkata :’Ambillah, bacalah kitabku (ini ). Sesungguhnya aku yakin bahwa aku pasti menemui hisab pada diriku’. Maka , orang itu berada pada kehidupan yang diridhoi dalam janah yang tinggi, buah-buahannya yang dekat. ( kepada mereka dikatan ):’ Makan dan minumlah dengan sesukamu sebagai balasan terhadap amal perbuatan yang telah engkau kerjakan pada hari hari yang lalu. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kirinya maka dia berkata :’ Wahai, alangkah baiknya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini ), dan aku tidak tau apa hisap terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang memyelesaikan segala- galanya. Hartaku sekali kali tidak memberi mamfaat bagiku. Telah hilang kekuasaanku’. ( Allah berfirman ) : Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya kelehernya. Masukan ia kedalam api jahannam yang menyala nyal. Juga, belitlah ia dengan rantai yang panjangnya tujuhpuluh hasta. ( sebab ), sesungguhnya ia dahulu tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka, tiada seorang temanpun baginya pada hari itu disana. dan tidak ada makanan sedikitpun (baginya ) selain darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya selain orang orang yang berdosa’. (QS Al-Haqqah 19-37)

                Bagi kaum muslimin, iman kepada hari kiamat sesungguhnya akan berdampak kuat bagi setiap amal perbuatannya. Bagi mereka yang beriman, maka mereka pasti akan berlomba lomba menjalankan semua perintah Allah berupa syari’at yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW yaitu syari’at islam.
                Hari kiamat merupakan hari yang pasti datang. Seluruh manusia akan menemuinya, baik secara suka rela maupun terpaksa. Sesungguhnya siksaan maupun kenikmatan yang diterima setiap manusia merupakan akibat logis dari seluruh amal perbuatannya selama ia hidup didunia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar